Siapalah itu kapuas? Ah saya
lebih kenal Boyan. Boyan itu anaknya kapuas. Bila kau mengayuh ke hulu
kapuas maka pastilah akan kau temukan bahwa kapuas itu
bercabang-cabang. Tapi aku takkan lah menyuruh engkau mengayuh. Naik
sepit saja kau butuh dua minggu. Kalau mengayuh bisa patah punggungmu.
Sini
biar kuceritakan sedikit. Katanya boyan itu dibuat oleh burung. Entah
burung apalah yang mematuk tanah hingga menjadi sungai. bilalah burung
itu masih ada, akan kutangkap dan kubawa ke NTT sana. Biar sumber air
sudekat dan beta sonde terlambat lagi ke school.
Dulu
waktu kecil aku suka bermain di Boyan. bila musim kemarau, tinggi air
tidak sampai satu meter. Kau bisa menyeberang jalan kaki. Di bagian
tengah ada sisa batang kayu yang tumbang. Di sanalah anak-anak berbaris
lalu satu persatu melompat. Aku? jangan tanya. Aku pasti tidak ada di
sana. Usiaku masih 7 tahun, belum pandailah berenang. Tapi jangan
remehkan, aku ini juaranya menyelam. Kalaulah lomba menyelam itu ada
medalinya, aku sudah punya 1000 medali di rumah.
Kalau
musim hujan jangan sekali-sekali kau coba mandi di boyan. Seekor sapi
yang merumput di hulu bisa kau temukan di hilir esok harinya. Kalau
hujan turun sepanjang malam maka jadilah banjir seluruh kampung.
Rumah-rumah panggung yang tinggi, terkadang tak mampu menanggulangi. air
masuk ke rumah hinga 30 senti. Perahu yang biasanya di sungai kini
bebas dikayuh di mana saja. anak-anak? jangan tanya. Saat banjir kami
menjelma hantu air. Baru pulang saat hari mulai petang. Mata merah,
kulit telapak tangan keriput. Kalau tengah tidak beruntung kupingmku
juga kadang menjadi merah. Ditarik ibuku yang marah-marah.
Oh
ya, aku belum bilang. Sungai Boyan itu adanya di Kapuas Hulu. Aku tak
tahu panjangnya. yang aku tahu bila kau membuang bom kuningmu di hulu
sana, bisa berhar-hari sampai ke hilirnya.