Udah lama gak nulis di blog, sekali nulis ikut Blog Tour
Perfect Ten-nya Mas Dannie Faizal. Iya, itu saya.
Kalau kalian ngikutin promo Blog Tour Perfect Ten ini dari
awal kalian mungkin sempat liat kalau di tanggal 28 itu harusnya giliran
Fazameonk, komikus Si Juki yang terkenal itu. Eh tiba-tiba muncul nama saya
yang menggantikannya. Maklumlah, Faza
sekarang sibuk. Dia sedang gigih memperjuangkan Si Juki agar bisa terbit juga
di planet nibiru.
Saya menerima paket buku Perfect Ten sejak beberapa hari
yang lalu. Sejujurnya beberapa bulan terakir saya tidak membaca novel. Ini novel
pertama yang saya baca setelah sekian lama. Saya baru membaca bab pertama
hingga tadi malam akun twitter bukune mengingatkan kalau saya harus menulis
tentang buku ini hari ini. Gawatnya hari ini adalah tanggal mudik saya, apa yanghendak saya tulis kalau baru membaca
bab pertama.
Pagi-pagi sekali saya cabut ke bandara, jadwal terbang saya
baru jam 11 tapi jam 9 saya sudah duduk manis menunggu keberangkatan. Selain
takut macet dan menyebabkan tiiket yang harnya sudah berlipat-lipat itu hangus
saya juga merasa tak ada yang perlu saya kerjakan lagi di kosan. Lebih baik
saya berangkat awal dan membaca Perfect Ten di sana.
Membaca Perfect Ten di Bandara |
Selain alasan kesibukan akhir-akhir ini saya memang kurang
tertarik membaca novel. Saya tidak yakin mampu menyelesaikan satu buku dalam
satu hari seperti kebiasaan saya beberapa tahun yang lalu. Untungnya Perfect Ten sangat relate dengan keseharian
saya, saya tenggelam dalam cerita Sapta.
Karakter Sapta yang sering menunda dan kurang terencana
membuat saya merasa seperti bercermin. Sebagaimana Sapta dengan
impian-impiannya, saya juga punya mimpi yang luar biasa. Sayangnya seringkali
saya merasa saya belum cukup bertanggung jawab atas mimpi yang saya tuliskan
sendiri. Saya terjebak dengan imajinasi anak kecil tentang keajaiban-keajaiban,
tanpa mengukur sejauh mana saya berjalan.
Bacnya masih berlanjut di pesawat |
Impian kita harus tinggi, tapi jangan lupa untuk mengukur
seberapa tingginya. Hingga kita tahu berapa lama kita harus mendaki, dan di
titik mana kita harus berhenti dan beristirahat sejenak. Katakan kita punya impian untuk jangka waktu
10 tahun, maka kita harus punya target-target kecil di tahun pertama, tahun
kedua, dan tahun-tahun selanjutnya. Karena anpa itu, impian hanyalah impian.
Bila saya diminta memberi nilai dalam rentang 1 sampai 10
untuk buku ini, saya punya 8. Perfect
Ten, Sebuah kisah tentang cita-cita da cinta yang dibalut komedi, tidak
sempurna memang tapi cukuplah membuat kita punya sudut pandang baru
tentang apa yang kita punya.
Btw ini buku pertama yang saya baca di bandara dan pesawat, karena biasanya saya lebih senang membaca buku di tempat yang tenang.
Btw ini buku pertama yang saya baca di bandara dan pesawat, karena biasanya saya lebih senang membaca buku di tempat yang tenang.
0 Komendang:
Posting Komentar