Jumat, 25 Oktober 2013

SUNGAI BOYAN : Sebuah Memori Masa Kecil


Siapalah itu kapuas? Ah saya lebih kenal Boyan. Boyan itu anaknya kapuas. Bila kau mengayuh ke hulu kapuas maka pastilah akan  kau temukan bahwa kapuas itu bercabang-cabang. Tapi aku takkan lah menyuruh engkau mengayuh. Naik sepit saja kau butuh dua minggu. Kalau mengayuh bisa patah punggungmu.

Sini biar kuceritakan sedikit. Katanya boyan itu dibuat oleh burung. Entah burung apalah yang mematuk tanah hingga menjadi sungai. bilalah burung itu masih ada, akan kutangkap dan kubawa ke NTT sana. Biar sumber air sudekat dan beta sonde terlambat lagi ke school.

Dulu waktu kecil aku suka bermain di Boyan. bila musim kemarau, tinggi air tidak sampai satu meter. Kau bisa menyeberang jalan kaki. Di bagian tengah ada sisa batang kayu yang tumbang. Di sanalah anak-anak berbaris lalu satu persatu melompat. Aku? jangan tanya. Aku pasti tidak ada di sana. Usiaku masih 7 tahun, belum pandailah berenang. Tapi jangan remehkan, aku ini juaranya menyelam. Kalaulah lomba menyelam itu ada medalinya, aku sudah punya 1000 medali di rumah.

Kalau musim hujan jangan sekali-sekali kau coba mandi di boyan. Seekor sapi yang merumput di hulu bisa kau temukan di hilir esok harinya. Kalau hujan turun sepanjang malam maka jadilah banjir seluruh kampung. Rumah-rumah panggung yang tinggi, terkadang tak mampu menanggulangi. air masuk ke rumah hinga 30 senti. Perahu yang biasanya di sungai kini bebas dikayuh di mana saja. anak-anak? jangan tanya. Saat banjir kami menjelma hantu air. Baru pulang saat hari mulai petang. Mata merah, kulit telapak tangan keriput. Kalau tengah tidak beruntung kupingmku juga kadang menjadi merah. Ditarik ibuku yang marah-marah.

Oh ya, aku belum bilang. Sungai Boyan itu adanya di Kapuas Hulu. Aku tak tahu panjangnya. yang aku tahu bila kau membuang bom kuningmu di hulu sana, bisa berhar-hari sampai ke hilirnya.

0 Komendang: