Minggu, 19 Januari 2014

Kapuas

 
Derik suara papan gertak yang mulai rapuh membuyarkan lamunanku. Sudah tiga jam aku duduk sendiri di dermaga, menunggu ikan menyambar umpan pancingku. sementara itu anganku terbang jauh berputar-putar lalu masuk ke mesin waktu menuju masa lalu.

Malam itu saat bulan purnama bertengger megah di langit Pontianak. Kau dan aku duduk berdua di atas perahu yang tertambat di dermaga. Sesekali kau menjentikkan jari menciptakan riak-riak kecil di air kapuas yang tenang, Di seberang sana ribuan lampion bercahaya bagai seribu kunang-kunang. Sebentar lagi imlek akan tiba.

Tak ada sebait katapun yang keluar dari mulut kita, hanya diam, hanya diam. Sesekali kau merapikan rambutmu yang sebenarnya masih rapi. Bola matamu kau edarkan untuk mengamati perahu-perahu nelayan yang hendak berangkat ke laut. Angin dingin bertiup menusuk, tapi disisimu aku tak merasa sejuk.

Kamis, 02 Januari 2014

Bandara


entahlah bagaimana ini dimulai, bagaimanapula akan berakhir

entah berpa juta orang telah menitikkan air mata di sini, bandara. saat tangan yang saling mengenggam, berpisah dan mencipta jarak hingga ribuan kilometer.

perpisahan tidak selalu bicara soal kehilangan. ada yang berpisah untuk saling merindukan, ada yang berpisah untuk saling melupakan.

bagaimanapun perpisahan itu maka kuncinya adalah saling mengikhlaskan. bukankah setiap pertemuan adalah awal bagi perpisahan. cepat atau lambat akan terjadi, maka menerima kenyataan adalah lebih mulia daripada merutuki.

Senja turun, malam menyergap.kulangkahkan kaki pulang,aku tahu sekarang, bahwa perpisahan itu ada, agar kita menghargai betapa indahnya kebersamaan. agar kita tak saling menyiakan kesempatan. agar kita tak menjadi orang yang kufur akan perasaan.

entah bagaimana ini dimulai, bagaimanapula akan berakhir.
di senyummu yang sederhana aku ingin singgah, sekali lagi, sekali lagi.

Turun Tangan, Jangan Lipat Tangan

Selamat datang 2014, selamat datang tahun yang pernuh kompetisi. 

Yaps! 2014 bakal jadi tahun yang penuh dengan kompetisi. Di dalam negeri kita bakal menyaksikan kompetisi antar orang-orang besar yang bakal adu visi demi meraih posisi tertingi di negeri ini, Sang Presiden. Di Brazil sana akan ada kompetisi yang luar biasa, akan menyedot seluruh perhatian dunia, Piala Dunia. 

Gue gak akan bicara soal piala dunia, karena gue bodoh banget soal bola. Gue tipikal orang yang gak menggemari bola, sekalinya nonton bola palingan pas Tim Nasional Indonesia main. 

Akhir-akhir ini di twitter gue sering ngetweet tentang bangsa, tentang pergerakan, tentang Turun Tangan. Apa itu turun tangan? gue bakal jelasin di postingan gue kali ini.

Turun Tangan adalah sebuah gerakan, gerakan untuk Indonesia yang lebih baik. Bersama turun tangan gue turut mendukung Anies Baswedan dalam konvensi partai demokrat. 


Turun tangan adalah gerakan, diisi oleh kaum relawan. Relawan tidak di bayar, bukan karena tak dihargai tapi karena harga diri relawan terlalu mahal untuk sekedar ditukar lembar-lembar rupiah.  Beberapa orang sempet nanya ke gue. "lo buzzernya Anies Baswedan ya?" "Dibayar berapa lo ama anies?". Sekali lagi gue bilang, gue gak dibayar. Walaupun akhir-akhir ini di linimasa seringkali kita ngeliat beberapa "aktivis twitter" nge-buzzer-in salah satu capres yang juga peserta konvensi, kami yang ada di turuntangan jelas berbeda.

Kenapa Anies Baswedan?