Rabu, 25 April 2012

FILOSOFI HUJAN

 Aku menggenggam cangkir  kopi  tubruk di tanganku. Udara dingin terus berhembus mengusap kulitku. Sore ini hujan turun dengan derasnya. Beruntung  ini Aku pulang cepat, Aku tak sempat kehujanan.
Dulu waktu Aku masih kecil, hujan adalah momen momen yang sangat membahagiakan. Bila hujan deras turun, Aku dan adik sigap bersama melepas pakaian lalu merengek kepada ibu agar dibolehkan main hujan hujanan. Ah, Aku rindu saat itu. 
A Rainy Day an A Cup Coffe(Source)

Mataku masih tak berhenti memandangi garis garis hujan. Menyeruput kopi tadinya panas dan kini mulai dingin. Aroma kopi yang pekat bahkan tak dapat kurasakan, sepertinya angin telah menerbangkannya dari cangkirku. 


Bagiku, hujan bukan sekedar air yang jatuh dari langit. Banyak pelajaran yang Tuhan titipkan padanya. Tuhan mengajarkan kita sesuatu lewat alam. Bahwa alam adalah ayat-ayat-Nya, Aku benar benar percaya.
Hujan sering turun dengan tiba-tiba, bahkan dengan langit yang sangat cerah sekalipun tak ada yang dapat menjamin bahwa hujan tidak akan turun. Begitupula masalah, kita tak pernah tahu  kapan datangnya. Ketika hujan turun kita akan tergopoh gopoh berlindung. Begitupula saat sebuah masalah menerpa hidup kita, pikiran kita tiba-tiba kacau dan hanya berpikir untuk segera keluar dari masalah.  Harus disadari bahwa kita adalah makhluk yang tergesa gesa sehingga tanpa sadar ketrgesa gesaan kita membuat semuanya menjadi lebih parah dari sebelumnya. Saat hujan banyak pengendara yang mempercepat laju kendaraan untuk selamat dari hujan tanpa menyadari bahwa apa yang dilAkukannya berbahaya bagi dirinya? Begitulah analogi dari mereka yang ketika di timpa masalah lalu tergesa-gesa menylesaikannya dengan cara pintas tanpa memikirkan dampaknya.

Dia atas  hujan dianalogikan sebagai sebagai sebuah masalah, tapi Aku tidak mengatakan bahwa hujan adalah sebuah masalah. Seperti yang pernah kuungkapkan sebelum ini, bahwa kehidupan ini adalah bagaimana sudut pandang yang kita ambil padanya. Hujan bagi sebagian orang adalah musibah karena menggagalkan daftar kegiatan yang telah disusunnya, namun bagi sebagin lain adalah sebuah anugerah. Itulah cara Tuhan ‘Menggilirkan” kebahagiaan bagi makhluknya. Kita sama sekali tak bias menolak, tapi bias memilih. Memilih untuk menikmatinya atau memilih untuk berkeluh kesha tanpa arti.

Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kemudahan setelah kesulitan. “Inna ma’al ‘usri yusraa”

5 Komendang:

Basith Kuncoro Adji BALAS MON!!! mengatakan...

Hidup adalah pilihan antara menikmati atau mengeluh diatas problematika yg ada di dalamnya :) Aku setuju!

fauziyah BALAS MON!!! mengatakan...

aku masih suka ujan2an smpe sekarang, ;)

Hena Wirasatya BALAS MON!!! mengatakan...

Puitis juga kau Mon XD Sip sip... :)

Nyovika BALAS MON!!! mengatakan...

bagus analoginya :')

Unknown BALAS MON!!! mengatakan...

Sangat Setuju...Hidup Adalah Perjuangan, Siapapun Anda yang menyerah pasrah pada keadaan, sama juga pecundang. Live is a struggle.