Minggu, 16 Februari 2014
Masihkah Ada Cinta Untukku?
"Masihkah ada cinta untukku?" ia menatapku penuh harap. Debur ombak memecah kesunyian malam, lampu-lampu mercusuar berkelap-kelip. Dua tiga perahu nelayan mulai meningalkan dermaga. Ia merapatkan jaketnya, malam begitu dingin.
"Masihkah ada cinta?. untuk waktu yang sekian lama aku lalui dalam kerinduan kau masih sempat bertanya masihkah ada cinta" Kata-kata itu sama sekali tak kuucap. hanya hening, hanya hening.
"Masihkah ada cinta untukku?" ia menatapkau sekali lagi, penuh harap. Sekali lagi debur ombak memecah kesunyian malam, mengembalikan ingatanku pada 6 tahun lalu. Saat ia pamit, ingin semua berakhir, karena baginya semua yang kami lalui bersama tak cukup membuatnya bahagia. Dan hari itu, aku hanya membalas dengan senyum. Senyum yang kemudian menjelma menjadi tangis bertahun-tahun.
Sungguh, melupakan bukan perkara mudah. karena untuk melupakan, aku harus selalu ingat siapa yang hendak kulupakan. Bagaimana hendak mengubur kenangan, sedang untuk menguburnya, aku butuh ingat kenangan yang mana yang harus kukubur.
Bertahun-tahun aku menyembunyikan diriku yang sudah bagai seorang penyakitan, seolah semua baik-baik saja. Lalu pelan-pelan aku menemukan diriku sebagai diriku yang baru. Yang tahu bahwa untuk mengikhlaskan taklah harus melupakan. Setidaknya dari setiap kenangan selalu ada hal-hal yang harus diingat sebagai suatu pelajaran.
Kini, setelah sekian lama dia hadir dan menanyakan masihkah ada cinta?. Ya, masih. Namun itu bukan alasan untuk kembali, aku mencintainya, tapi aku lebih mencintai diriku sendiri untuk saat ini.
"Masihkah ada cinta untukku?". Tak ada yang menjawab, hanya desir angin dan dentum ombak yang membalas.
"Kelak kau akan mengerti sendiri" bisikku lirih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Komendang:
melupakan seseorang itu memang sulit,jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran untuk masa depan
Posting Komentar