Sabtu, 15 Februari 2014

Kemaraunya Sang Penyair


setelah malam kian pekat seperti tinta penanya,
ia duduk sendiri di teras rumah, meminum kopi dari ampas tadi pagi,
sudah habis gula dan kopi di dapurnya,.yang tersisa hanya abu sisa buku nikah yang ia bakar bersama rindu, rindu yang tak pernah ingin ia usir sebenarnya,

dihembuskannya asap dari rongga hidungnya yang legam, akibat asap yang sama.bertahun-tahun,
tiga puntung rokok disambung dengan kertas koran, dijepit di antara telunjuk dan jari tengahnya,

kemarau telah terlalu lama, padi-padinya telah mati,.dan sang penyair tak jua punya ide mengarang puisi.

0 Komendang: