Senin, 13 Mei 2013

DEAR PUTRI, DEAR ME




Selamat pagi putri, maafkan aku yang melewatkan sarapan pagi buatanmu. Kau tahu, di Jakarta, harimu dimulai saat shubuh. Tidak bergegas berarti tertinggal.pagimu mungkin tak dibuat lagi dari secangkir kopidan obrlan hangat di teras rumah. Itu yang kublang padamubeberapa tahun lalu. Kamu tidak bergeming dan mukamu penuh tanda tana. Mempertanyakan mengapa remeh temeh “pagi hari” ini begitu penting. Kulanjutkan, pagimu adalah derap langkah dan satu gengam semangat. Kamu bisa simpan di tanganmu atau di tas punggungmu. Genggam semangatku adalah siluetmu menunggu di depan pintu rumah. Tidak hanya kugantungkan 5 cm di depanku, tapi kususupkan di setiap pikiran menyerah atau lelah mendera. Sampai ketemu di maghrib, atau malam nanti. Kopiku, seperti biasa, tanpa gula. Kamu tahukan?

Aku tahu, betapa kepergianmu di shubuh hari adalah untuk diriku.aku tahu bahwa secangkir kopi yang tak sempat kau teguk sangat ingin kau nikmati sambil mengobrol bersamaku. Aku juga tahu bahwa sebelum pergi kau sempat mengoleskan selai coklat pada roti untuk kau suapkan padaku. Ah, aku tahu kau tak ingin semua ini terjadi.

Setiap  kau melangkah, aku selalu meyakini bahwa kau  tak pernah meninggalkanku sendiri. ada cintamu yang menemaniku, ada semangat yang aku kirim bersama derap sepatu yang ku semir pagi-pagi sekali.

di kala senja, di kala langit menjingga. aku duduk di beranda, menunggu derap langkahmu yang tegap. bila suara itu terdengar kepalaku akan terdongak dan melihatmu datang dengan senyuman hangat. walau kutahu hari-harimu tak selalu hangat.

Kusajikan padamu, kopi seperti yang kau pesan. seperti biasa tanpa gula.

Bahkan yang pahitpun akan tetap manis bila kita teguk bersama. mari meneguk kopi dari cangkir kehidupan.

 

0 Komendang: