Kamis, 19 April 2012

Kehidupan dalam Secangkir Kopi


Minum kopi - Artwork By Yahya "Mamon Muhaimin"
Pagi ini saya punya waktu yang cukup untuk menyeduh secangkir kopi. Duduk di depan rumah sambil menikmati matahari yang mulai beranjak dari peraduan.

Dulu waktu saya masih kecil, kopi tidak pernah lepas dari pagi yang saya jalani. Seperti menjadi prosesi tersendiri, bahwa kopi adalah wajib sebelum menjalani hari. Jadilah setiap pagi sarapan saya adalah secangkir kopi ditemani panganan lain yang begitu sederhana. Di suatu pagi mungkin saya menikmati kopi + pisang goreng , di pagi yang lain saya menikmati kopi + donat, bahkan kadang jika keuangan keluarga sedang dalam kondisi memperihatinkan, saya hanya akan menikmati secangkir kopi.


Untuk anak sesuai saya waktu itu, kopi mungkin bukan minuman yang akrab di lidah. Alasannya. Pertama, kopi memiliki citra sebagai minuman orang tua, anak-anak kebanyakan lebih suka meminum susu atau the daripada secangkir kopi. Kedua, ada mitos yang mungkin hanya berlaku di tempatku saja bahwa meminum kopi membuat otak menjadi tidak cerdas. Aku hampir saja percaya dengan mitos ini, hingga kemudian saya menyadari bahwa mitos adalah konspirasi para orang tua agar anak-anak tidak meminum kopi. Jadilah untuk sekedar mengurangi jatah beli kopi perbulan.


Kopi adalah minuman yang istimewa. Kopi adalah minuman yang adaptif, mampu masuk ke setiap kalangan, ke setiap golongan dengan menyesuaikan diri dengan selerapeminumnya. Kopi bisa kita minum di warung kopi pinggir jalan hanya dengan dua ribu rupiah pergelasnya. Tak jarangpula secangkir kopi harus diperoleh dengan menyerahkan uang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.


Kopi dinikmati oleh banyak orang, mulai dari petani, pedagang, nelayan, hansip, satpam, tukang becak, buruh bangunan, manager hotel, direktur perusahaan, bupati, gubernur bahkan juga presiden. Kopi adalah minuman yang paling merakyat. Segala golongan duisatukan dalam satu rasa, satu cinta, cinta dalam secangkir kopi.



 
Dengan udara yang sejuk serta siulan burung kutilang yang beberapa hari ini terperangkap di dalam sangkar yang digantung di teras rumah, saya mulai menemukan makna sendiri dalam secangkir kopi.

Bahwa dalam segelas kopi ada seribu kebahagiaan untuk tiap-tiap orang. Kopi bukan sekedar minuman, ada filosopi untuk tiap rasa

Itulah status facebook yang saya tulis pagi ini.


Bagaimanapun racikan kopi,kopi tetapkopi. Ada kopi yang harum dan benar-benar nikmat, ada pula kopi yang pahit dan penuh ampas. Begitupula kehidupan, kita semua punya derajat yang sama sebagai sesuatu yang “hidup” namun kehidupan yang kita jalani kadang berbeda. Kopi yang harum dan hangat melambangkan kebahgian hidup, sedangkan kopi yang pahit dan berampas menggambarkan segala kesedihan yang kadang kita rasakan dalam menjalani hidup.


Namun perlu diingat pula bahwa kopi bukan dirasakan, tapi dinikmati. Kopi yang pahit dan berampas bahkan terasa lebih nikmat di lidah beberapa orang. Artinya bahwa kebahgiaan itu kita yang tentukan. sesuatu yang bagi banyak orang adalah kesedihan mungkin bagi beberapa orang adalah kebahgiaan. Mereka bahagia, karena mereka memilih untuk menikmati apapun yang mereka punya. Kopi pahit sekalipun.


Nikmatnya kopi dan kebahagian hidup adalah keputusan

Kopi adalah soal rasa, bukan soal dimana ia ditempatkan. Tidak perlu cangkir emas untuk merasakan nikmatnya secangkir kopi. Walaupun anda meminum kopi dari cangkir berlian sekalipun, takkkan ada nikmatnya bila kopi yang anda minum adalah kopi yang basi. Begitupula dengan kehidupan, ini yang kita cari adalah kebahagiaan bukan status kita yang menentukan kebahgiaan. Apalah arti kekayaan dan kesuksesan bila yang anda dapat adalah kesedihan?


Dalam setiap cangkir kopi akan tetap ada rasa pahit di sana, denan kadar berbeda tentunya. Kita tidak mungkin menghapus rasa pahit itu, walaupun sangat sedikit ia tetap akan terasa. Begitupula dengan kehidupan, tak ada kebahgiaan yang benar benar sempurna. Bahwa kenyataan menunjukkan bahwa dalam kebahgiaan itu akan tetap ada kesedihan yang bersembunyi di baliknya. Semua kembali kepada kita, apakah kita memilih untuk fokus pada rasa pahit atau kita memutuskan untuk tidak mempedulikannya agar tetapmerasakan manis dan hangat secangkir kopi. Apakah kita memilih untuk fokus pada kesedihan atau masalah yang sedang kita hadapi di saat kita bisa memilih untuk bahagia saat itu juga?


Secangkir kopi bukan sekedar cairan hitam pekat dalam cangkir kaca, tapi secangkir kopi adalah kehidupan yang telah Tuhan tuangkan pada diri kita.

11 Komendang:

auraman BALAS MON!!! mengatakan...

kopi itu seperti obat, pahit memang tapi memiliki kandungan yang sangat bermanfaat. Bagi perokok, kopi itu berfungsi untuk membuang nikotinnya. begitu juga hidup, banyak rintangan dan cobaan namun terkadang orang beranggapan itu adalah kegagalan sementara sebenarnya itu adalah pelatih kita, melatih kepribadian kita agar lebih mantap ! :D

Dini Haiti Zulfany BALAS MON!!! mengatakan...

Analogi menarik :)

Nikmatilah setiap tuangan kehidupan dengan maksimal, karena tuangan pertama kadang tak sama dengan tuangan berikutnya..

*tsaaah :p

Mamon BALAS MON!!! mengatakan...

@auraman oke sip mantap,,, kata katanya keren

Robyanti Wulandari BALAS MON!!! mengatakan...

Nice post! :)

Basith Kuncoro Adji BALAS MON!!! mengatakan...

Analoginya mudah ditangkap bang :) Bagus! :D Kalo boleh saran, ini gak penting2 amat sih hehe Diatas kamu pake kata ganti saya dan aku, bagusnya sih jangan beda2 gitu :P

Mamon BALAS MON!!! mengatakan...

@BasithKA thx basith msukannya. kecolongan nih

Ca Ya BALAS MON!!! mengatakan...

makanya ada buku yg judulnya Filosofi Kopi (Mba DEE) hehehheh
emmm...ak jg suka ngopi c ahhaa

Laini Laitu BALAS MON!!! mengatakan...

Analoginya keren Bang... :D
JAdi pengen minum kopi #eh

Debrina Intani BALAS MON!!! mengatakan...

aku bukan penikmat kopi..tapi aku setuju dengan tulisanmu..menganalogikan kopi dengan nilai kehidupan :)

Unknown BALAS MON!!! mengatakan...

"tak ada kebahgiaan yang benar benar sempurna"

keren kakaaa :D
ak juga suka kopi tapi gak kepikiran menganalogikan gini deh hehe

ciptanirmala BALAS MON!!! mengatakan...

tahu filsafat kopi dewi lestari khan? itu prosanya keren banget.. oya, follow nd komen balik yaaa....