Pelajaran dari Cangkir

Pagi ini tetap di awali dengan secangkir kopi. Entah kenapa akhir akhir ini aku benar benar akrab dengan kopi, aku juga tidak mengerti.

Menggengam secangkir kopi sambil menghirup aromanya adalah kebahagiaan tersendiri yang tak dapat dipungkiri.

Beberapa menit kugenggam cangkir kopi di tanganku, sebuah pemikiran sederhana tiba-tiba terbersit di kepalaku.

Sebelum anda membaca lebih lanjut, cobalah untuk menjawab terlebih dahulu berapakah massa secangkir kopi? tidak berat bukan? Tapi bayangkan jika anda terus menggenggam secangkir kopi selama satu jam, lima jam, atau bahkan dua puluh empat jam. Apakah anda akan tetap baik baik saja? tidak. Kemungkian terbesar adlah tangan kita akan pegal-pegal. Apakah berat cangkir kopi tadi berubah? tidak.



Begitupula sebuah masalah, kita sering di hadapkan pada sebuah masalah yang sebenarnya bukanlah masalah besar. Hanya saja kita terus memikirkannya sepanjang hari, hingga kemudian masalah itu terasa semakin berat. Padahal, masalah kecil itu tetaplah masalah kecil. Cobalah untuk melupakan masalah itu sejenak, seperti kita meletakkan cangkir kopi ketika tangan kita mulai lelah. Dengan demikian, kita punya kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang lebih jernih, seperti kita menyiapkan tenaga kembali untuk mengangkat gelas kopi tadi.

Hal ini juga yang terjadi dengan mereka yang mengidap trauma. Sesuatu yang menakutkan yang menimpa mereka di suatu waktu terus membayangi pikiran mereka, sehingga pikirannya terus terbebani. Senadainya mereka memilih untuk melupakan segala kenangan suram masa lalu, maka apa yang ditakutkannya tidak akan semenakutkan seperti apa yang ia pikirkan.

Sekali lagi, hidup tetap adalah pilihan, memilih untuk membuat diri lelah dengan masalah atau melupakannya sejenak untuk bisa menyelesaikan masalah.