Malam itu langit terang benderang. Beberapa titik bintang bersanding membentuk rasi yang aneh. Entah apa namanya, aku tak pernah tahu. Seorang buta huruf sepertiku tak pernah belajar tentang bintang-bintang itu. Yang aku tahu, bintang itu terang, indah dan menawan.
Dari atas genteng tempat kumerebahkan diri aku mendengar, suara riuh dari bawah sana. Anak-anak yang asik menonton film tentang serangan alien dari luar angkasa. “Ah….tidak mungkin,”.
***
Sekitarku senyap, telah sepi rupanya. Bintang-bintang tadi telah hilang bersembunyi di balik awan. Aneh!!! Sungguh aneh. Begitu lengang, bukang lengang yang seperti biasany. Angin malam itu bertiup lembut sekali, tidak dingin, tidak hangat. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Kenapa ini? Mimpikah?. Ah tidak mungkin, semua ini nyata. “Plakk!!!” kutampar pipiku. Pedas sekali, ini benar-benar nyata. aku mencoba bangkit, namun…”Kenapa ini? Kenapa? Tubuhku membatu”. Kulihat layar ponsel yang tergelatak di sampingku. “Mungkinkah??? Ah aneh, benar-benar aneh”. Kulihat layar ponselku bercahaya terang, terang sekali. Cahayanya merah, seperti darah mengalir menyentuh tubuhku. Dingin sekali. Walau aku tak pernah sekolah, aku tahu bahwa cahaya itu merambat lurus. Bagaimana mungkin cahaya mengalir?. Aku takut sekali.
Tak lama berselang, langit yang tadinya gelap tiba-tiba seolah-olah berkobar. Cahaya hijau merayap-rayap seperti petir, namun aku tahu bukan petir. “Dedemitkah yang melakukan semua ini?”. Aku masih terbaring dan tak dapat berbuat apa-apa. Perasaanku campur aduk. Takut, bingung, penasaran, semua bercampur menjadi satu. Mungkin kalau digambarkan, perasaanku seperti es campur yang dijual bang ujang setiap hari keliling kampung.
Aku masih tak dapat berbuat apa-apa ketika tiba-tiba cahaya-cahaya hijau itu berkumpul di satu titik, semakin membesar dan membesar. Akh, ternyata bukan membesar tapi mendekat. Aku tersadar, benda itu sekarang bukan lagi cahaya, cahaya itu seakan mebentuk anyaman-anyaman kemudian menjadi padat tanpa celah. Anehnya, aku yang dari tadi seakan membatu tiba-tiba mampu menggerakan semua anggota badanku. Anehnya lagi, aku yang tadinya berbaring sekarang tengah berdiri tegak dan, “Okh, kemana pakaianaku?,”. kuperhatikan sekitarku, kini aku seolah dalam suatu ruangan yang luas sekali. Kuirasa ruangan itu tidak bertepi. Lantainya merah dengan atap warna-warni seperti aurora yang kulihat di berita televisi. Kemana benda hijau tadi? Benda hijau tadi ternyata kini berada di depanku, menyusut menjadi sekecil meja makan tua yang ada di dapur rumahku. Bentuknya tipis, permukaannya tidak rata. Ada relief-relief berbentuk persegi empat dengan pojok yang melengkung. Di tengah persegi terdapat simbol-simbol aneh yang mengeluarkan cahaya hijau lembut. Cahaya itulah yang seolah mengalir mengitari benda tersebut sehingga dari kejauhan yang kita lihat adalah cahaya hijau yang mengambang.
Aku masih terpana, jantungku berdegub semakin kencang. Kini yang tersisa adalah ketakutan. Sesosok tubuh tiba-tiba menghampiriku. Aku tak tahu dari mana ia berasal, tiba-tiba udara di sekitarku seolah-olah tertarik ke satu titik dan menjelma sosok itu. Perawakannhya mirip manusia hanya wajahnya yang membedakan. Wajahnya lonjong dengan garis-garis tipis di jidatnya. Matanya kecil seperti toke kelontong di ibukota kecamatan. Hidungnya bangir, sama seperti matanya hidung bangir itu juga kecil. Mulutnya memanjang, namun bibirnya tipis sekali. Kulitnya ungu, dengan titik kebiru-biruan. Ia mengenakan baju tipis, seperti bahan pembuat kelambu. Sekali lagi aku membatu. Perlahan ia mendekapku, dan aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku ingin meronta, namun aku tak bisa. Aroma tubuhnya, harum sekali. Mungkin inilah harum kasturi, wangi surga yang sering-diceritakan ustadz-ustadz di kampungku. Dekapannya kemudian mengendur dan aku tiba-tiba terkulai dan terbaring kemudian membatu. Ia kemudian merunduk dan mulai menjilatiku dengan lidahnya yang lembut dan sejuk. Tak dapat kugambarkan, dan aku mulai menikmati. Dijilatinya seluruh tubuhku, tak ada setitikpun yang terlewati. Aku terkejut, tubuhku tiba-tiba bercahaya. Ia berdiri di sampingku, melepaskan “kelambu” yang melilit tubuhnya. Aku terdiam dan hanya dapat melihat ia kembali merunduk dan kemudian memelukku. Setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi, aku seolah-olah tidur namun tidak tidur. Semua adalah kekosongan.
***
Orang-orang memenuhi rumahku. Mereka heboh dengan kemunculanku kembali. Satu tahun katanya aku menghilang. Tiba-tiba aku ditemukan kembali di sebuh petak sawah dalam keadaan tanpa busana. Kabar itulah yang menarik orang-orang iru, seperti gula yang menarik semut-semut. Berpuluh-puluh pertanyaan mereka ajukan namun tak satupun yang kujawab. Aku mebisu, bukan karena aku tak mau bicara, namun aku benar-benar bisu. seorang paranormal didatangkan untuk megobatiku yang katanya menjadi korban penculikan dedemit. Namun hasilnya nihil. Aku tetap saja bisu, hingga akhirnya berita tentangku menghilang begitu saja.
Kini aku kembali ke aktivitasku sebagai buruh tani, sebagai buruh tani yang bisu. peristiwa itu ternyata memberi dampak yang aneh bagiku, selain menjadi bisu aku tiba-tiba menjadi pandai membaca walaupun tetap tidak dapat menulis. Bermodalkan kemampuan membacaku, ketika pergi ke kecamatan kusempatkan memilih buku-buku tentang makhluk asing di di lapak-lapak di pinggir jalan. Kupilih sebuah buku kecil betjudul “Alien Abduction : Penculikan oleh alien”. Disitulah aku membaca kisah-kisah tentang penculikan oleh makhluk-makhluk aneh yang konon dari angkasa luar sana. Mereka menculik manusia untuk penelitian atau bahkan untuk keperluan menciptakan makhluk hybrid. Makhluk percampuran antara jenis mereka.
Mungkinkah aku benar-benar bersetubuh dengan makhluk itu? Dosakah aku berzina dengan makhluk angkasa luar sana? Mungkinkah aku punya anak di galaksi lain? Pertanyaan-pertanyaa tersebut berkecamuk di kepalaku. Tak jarang terlintas di kepalaku wajah asing itu, senyuman anehnya, lembut belainnya dan yang tak bisa kulupakan, aroma tubuhnya. Seringkali pula aku bermain dengan imajinasiku, membayangkan aku berada di sampingnya, menyusuri tatapan mata mungilnya, serta menikmati senyumnya yang terlihat aneh namun indah.
Aku larut dalam imajinasi, aku gila, karena aku ternyata jatuh cinta padanya. Setiap malam, aku berbaring sendiri di atas genteng rumah, berharap ia datang lagi dan menunjukkan bayi hybrid yang mungkin dihasilkan kami berdua.
***
Langit malam kembali di penuhi sambaran-sambaran cahaya berwarna hijau, kubiarkan diriku dalam kebekuan. Kupejamkan mata kemudian perlahan kubuka. Kudengar riuh di bawah anak-anak masih asik menonton film serangan alien dari luar angkasa yang berakhir dengan kehancuran dunia.
5 Komendang:
tulisan nya memang type justify. tapi kok masih pusing yue baca nye?
kasih spasi dong antar paragrap nye << saran
btw, ini cerita nye tinggi bener. Pelaku utama nye cewek? Nama nye siapa?
baru tau, orang bisu bisa membaca. Membaca nye dalam hati ye?
overall, cerita fiksi ini bagus. seperti nya diangkat dari cerita *saya lupa judul nya apa* yang inti nya bersetubuh dengan alien? *ups*
oke sarannya diterima, maslaha nama tokoh karena si cewek itu misterius jadi gak diketahui namnaya,... kali inspirasi iya, ini dibuat setelah baca beberapa kisah ppenculikan alien
suka bacanya :)
pengen tau lanjutannya. gag kebayang kalo beneran punya anak kayak apaan ntar.
waduh, hubungan dua dimensi. menarik sob.. ^^
Posting Komentar